PORTALBALIKPAPAN.COM – Kegagalan Timnas Indonesia untuk menuju Piala Dunia 2026 memicu gelombang kemarahan publik sepak bola Bumi Pertiwi.
Ada sua sosok yang menjadi sorotan utama dan dianggap paling bertanggung jawab atas hasil buruk Timnas. Yakni, Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan pelatih kepala Patrick Kluivert.
Soal Kluivert, amarah publik tak terbendung lagi. Realita di lapangan sangat jelas menggambarkan kinerja Kulivert gagal total membawa Timnas tampil konsisten dan berkembang.
Pengamat sepak bola nasional, Anton Sanjoyo, menilai kegagalan ini tak lepas dari kesalahan PSSI dalam memilih sosok pelatih. Ia menilai Kluivert bukan figur yang tepat memimpin skuad Garuda. Apalagi dengan rekam jejak kepelatihannya yang masih meragukan.
“Problemnya, Patrick Kluivert tidak mampu memenuhi ekspektasi. Bahkan saat evaluasi nanti harus ada opsi mengganti PK (Patrick Kluivert) dengan pelatih yang CV-nya lebih meyakinkan,” papar Anton, dilaporkan Inilahdotcom, Senin (13/10/2025).
Ia menilai, jika kesulitan mencari pelatih yang tersedia saat ini, PSSI bisa mempertimbangkan opsi untuk mempromosikan sosok Alex Pastoor sebagai pelatih kepala. Pastoor saat ini salah satu dari tiga asisten Kluivert. Dua lainnya Denny Landzaat dan Gerald Vanenburg.
“Ya bisa saja dengan menggeser posisi (asisten pelatih) Alex Pastoor sebagai pelatih kepala. Karena memang menurut saya lebih baik mengganti pelatih kepala saat ini,” ujarnya.
Meski punya sederet prestasi bersama Ajax, Barcelona, dan PSV, Patrick Kluivert tak jarang berurusan dengan polisi. Bahkan belakangan ini nama Patrick Kluivert memenuhi linimasa media sosial dan jadi topik utama pemberitaan.
Tagar #KluivertOut pun menggema di berbagai media sosial, banyak pihak yang menilai ia tak layak melatih Timnas Indonesia.
Gelombang kritik terhadap Kluivert bukan hanya soal performa Timnas Indonesia, tapi juga kehidupan pribadinya yang ikut terseret. Salah satunya skandal dan kasus Patrick Kluivert selama menjadi pemain dan setelah pensiun.
Berikut ini sederet kontroversi Patrick Kluivert
Kasus Rudapaksa
Kluivert pernah diisukan terlibat skandal. Ia dan tiga temannya dituduh melakukan pemerkosaan. Dikutip dari The Independent, kasus ini berawal dari laporan perempuan 20 tahun kepada polisi Belanda bahwa ia diperkosa empat pemuda.
Salah satunya pesepak bola yang diduga Patrick Kluivert. Sang pemain kabarnya sempat diperiksa. Namun, kasus disetop karena tak cukup bukti.
Dugaan Sewa Wanita Malam
Januari 2002 di kala membela Barcelona, Kluivert pernah juga diduga menyewa pelacur di Hotel Hesperia, Madrid, bersama empat rekan setimnya.
Empat nama yang ikut terseret Philip Cocu, Daniel Garcia, Gabriel Garcia, dan Gerard Lopez. Kelimanya disebut-sebut membayar 2.404 euro (Rp 46 juta) untuk mendatangkan gadis panggilan. Namun, mereka membantah tuduhan itu dan masing-masing meminta ganti rugi sebesar 2,45 juta euro.
Tabrakan Maut
Kasus Kluivert yang paling disorot soal kecelakaan maut pada 9 September 1995. Ia saat itu masih berusia 19 tahun dan bermain di Ajax.
Patrick Kluivert meminjam mobil BMW M3 milik temannya dan mengendarainya dengan kecepatan 104 km/jam di area pemukiman.
Padahal, aturan kecepatan di wilayah itu maksimal 50 km/jam. Kluivert menabrak mobil sedan Ford Orion dan menewaskan pria 56 tahun.
Kluivert divonis bersalah karena menghilangkan nyawa. Namun, ia tak dipenjara dan cuma dihukum 240 jam pelayanan masyarakat.
Utang Judi
Kontroversi tak lepas dalam hidup Kluivert. Ia juga diduga terlibat masalah meski sudah gantung sepatu alias pensiun. Saat menjadi direktur klub Paris Saint-Germain (PSG) pada 2017, Patrick Kluivert diduga dikejar-kejar geng kriminal.
Kluivert dicari karena punya utang judi satu juta euro saat menjadi pelatih tim muda FC Twente antara tahun 2011 dan 2012.
Kementerian Kehakiman Belanda menyebut Kluivert tak terlibat dalam pengaturan skor. Adapun pengacara Kluivert Gerard Spong mengatakan kliennya cuma korban.
Namun, selama investigasi, Kluivert mengatakan ia tidak mengetahui perjudian itu dilarang dan tak tahu imbas mengikuti taruhan tersebut. Akibatnya, Kluivert diperas geng kriminal dan diminta membayar satu juta euro atau senilai Rp 19,2 miliar.
Dilarang Main di Piala Dunia
Kasus terakhir mungkin lebih ringan dibanding skandal Kluivert sebelumnya. Namun, dalam sepak bola, aksinya sangat tidak sportif. Kluivert pernah memukul dan menyikut pemain Belgia, Lorenzo Staelens, pada laga pertama babak Grup E di Piala Dunia 1998.
Akibatnya, Kluivert diganjar kartu merah dan dilarang main tiga pertandingan. Ia baru kembali diturunkan saat melawan Argentina di perempat final. (Inh)















