PORTALBALIKPAPAN.COM – Di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran yang berpotensi memicu perang besar, pasar global biasanya bereaksi dengan cepat memilih dolar AS sebagai aset aman. Namun, situasi kali ini berbeda.
Mengutip laporan Reuters, respons dolar terhadap serangan Israel ke fasilitas nuklir dan panglima militer Iran, serta aksi balasan dari Teheran, justru tergolong lemah.
Indeks dolar—yang mencerminkan kekuatan mata uang tersebut terhadap sejumlah mata uang utama dunia—hanya naik tipis sekitar 0,25% pada akhir perdagangan.
Padahal, pada saat yang sama, harga minyak melonjak lebih dari 7% dan emas naik 1,5% sebagai bentuk pelarian aset dari risiko geopolitik.
Dolar memang lebih baik dibandingkan dengan saham dan obligasi AS yang turun tajam pada hari yang sama, namun tidak menunjukkan lonjakan signifikan sebagaimana yang terjadi pada konflik sebelumnya.
Sebagai perbandingan, dolar sempat menguat lebih dari 2% pada pekan pertama perang Israel-Lebanon tahun 2006 dan juga saat invasi Israel ke Lebanon Selatan tahun lalu.
Kondisi ini memperkuat narasi bahwa investor global mulai mengevaluasi kembali eksposur besar mereka terhadap dolar AS, apalagi setelah berbagai kebijakan ekonomi tak konvensional dari Presiden AS Donald Trump dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut analisis yang dikutip dari Reuters, penurunan nilai dolar tahun ini telah mencapai 10%, menjadikannya berada pada titik terendah dalam tiga setengah tahun terakhir.
Para analis dari Westpac menyebut, risiko struktural terhadap dolar semakin meningkat karena kekhawatiran terhadap kondisi fiskal Washington dan ketidakpastian arah kebijakan. Hal ini dapat mengikis identitas dolar sebagai aset aman.
Meskipun secara historis dolar menjadi mata uang utama dalam kondisi geopolitik tidak menentu, perubahan dinamika pasar dapat mengganggu teori klasik “dollar smile” yang menyatakan bahwa dolar akan menguat baik dalam masa krisis maupun dalam periode pertumbuhan global.
Jika eskalasi konflik Israel-Iran berlanjut, senyuman dolar itu bisa berubah menjadi pincang. (*)