PORTALBALIKPAPAN.COM – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, menyoroti tingginya angka prevalensi stunting di Kaltim yang masih jauh dari standar nasional.
Ia menilai kondisi ini harus menjadi alarm serius bagi pemerintah daerah karena Kaltim berada di kisaran 22–23 persen.
Adapun target nasional telah ditetapkan turun hingga 18,8 persen pada 2025 dan 14,2 persen pada 2029.
Bahkan PDI Perjuangan, kata Ananda, mendorong agar prevalensi stunting bisa ditekan hingga nol persen demi mewujudkan generasi emas Indonesia 2045.
“Persoalan stunting tidak berdiri sendiri. Masalah ini sangat erat dengan gizi buruk, pelayanan kesehatan dasar, serta supervisi tenaga kesehatan yang belum merata di seluruh wilayah,” ujarnya di Samarinda, belum lama ini.
Ia menekankan bahwa intervensi paling krusial berada pada seribu hari pertama kehidupan. Mulai dari kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Periode tersebut menentukan tumbuh kembang anak dan risiko terjadinya stunting jangka panjang.
Ia menilai layanan kesehatan di tingkat kelurahan dan kecamatan perlu diperkuat, mulai dari posyandu hingga puskesmas.
Selain memfokuskan perhatian pada ibu hamil dan balita, Ananda menegaskan pentingnya skrining bagi remaja putri.
Menurutnya, tingginya kasus anemia di kalangan remaja berpengaruh besar terhadap kualitas kehamilan di masa depan. Untuk itu, program suplemen penambah darah harus terus didorong dan diperluas.
“Kita tidak bisa bicara generasi emas 2045 kalau pada hari ini masih sibuk mengatasi stunting. Ini soal masa depan bangsa,” tegas Ananda.
Dalam pandangannya, intervensi harus dilakukan secara berlapis yaitu pemenuhan gizi ibu hamil, edukasi kesehatan reproduksi remaja.
Sampai peningkatan kualitas layanan posyandu dan pengawasan tumbuh kembang balita.
Ia menekankan bahwa bayi yang lahir sehat idealnya memiliki panjang 48 cm dan berat minimal 2.500 gram, sehingga pemantauan pertumbuhan harus terus diperketat.
Ananda berharap Pemprov Kaltim bisa segera memperkuat sinergi lintas sektor dan mengarahkan anggaran yang lebih besar pada layanan kesehatan dasar.
“Tujuannya agar penurunan stunting tidak hanya menjadi target, tetapi benar-benar tercapai di seluruh wilayah Kaltim,” pinta Ananda. (ADV/ Hpn)
















