PORTALBALIKPAPAN.COM – Akibat termakan fitnah, Patih Sidopekso tega membunuh sang istri tercinta, Sekarwangi.
Sekarwangi dibunuh lantaran dianggap telah berselingkuh dengan penguasa Kerajaan Blambangan, Jawa Timur, saat dirinya sedang bertugas menumpas kejahatan.
Padahal, kabar perselingkuhan istrinya tersebut hanya ia dengar dari mulut sang Raja Blambangan yang sedang sakit hati karena cintanya ditolak oleh Sekarwangi, istrinya.
Kejadian bermula saat sang raja menugaskan Patih Sidopekso, suami Sekarwangi untuk menumpas kejahatan para Begal Alap-Alap Brangwetan yang terkenal dengan kejahatannya.
Namun, penugasan ini hanyalah akal licik sang penguasa semata yang bertujuan agar Patih Sidopekso yang ia tugaskan tersebut meninggal dibunuh oleh para begal yang sudah terkenal dengan kesaktiannya.
Sang penguasa yang sejak awal memang menyukai Sekarwangi, kemudian melancarkan berbagai jurus rayuan kepada istri Patih Sidopekso ini.
Namun, berkat kesetiaan yang dalam terhadap sang suami, Sekarwangi menolak mentah-mentah berbagai rayuan yang dilancarkan oleh Raja Blambangan tersebut.
Mendapat penolakan ini, Sang Raja pun sakit hati dan kemudian menceritakan semuanya kepada Patih Sidopekso yang saat itu masih berada di medan pertempuran.
Cerita pun dirubah oleh sang penguasa, ia menceritakan seolah Sekarwangi lah yang merayu dirinya untuk berselingkuh, padahal, bukan seperti itu kejadiannya.
Mendengar berita ini, Patih Sidopekso yang saat itu baru saja menumpas gerombolan Begal Alap-Alap Brangwetan ini murka dan marah mendengar ketidaksetiaan Istrinya.
Melalui sang penguasa, ia mengatakan akan membunuh Istrinya karena perbuatan yang sangat memalukan dan tidak terpuji.
Ia pun kemudian pulang dan menemui Sekarwangi, istrinya dan kemudian membunuhnya dengan sebilah keris pusaka miliknya.
“Jika Kang Mas hendak membunuhku, hanya satu pesanku, jika darah yang keluar dari tubuhku berbau busuk, berarti aku seperti yang engkau tuduhkan, tetapi jika darahku berbau wangi, aku masih suci dan setia tidak seperti yang engkau tuduhkan padaku,” ucap Sekarwangi sebelum dibunuh oleh Patih Sidopekso yang tak lain adalah suaminya sendiri yang saat itu sedang termakan fitnah.
Mendengar ungkapan istrinya, Sidopekso tetap tak percaya dan lantas nekat menusukan keris ke jantung istri tercintanya, Sekarwangi.
Sekarwangi pun meninggal berlumuran darah dihadapan suaminya sendiri.
Namun Sidopekso kaget lantaran darah yang keluar dari tubuh sang istri ternyata berbau wangi dan harum, ia pun kemudian teringat dan menyadari, bahwa semua hanyalah fitnah belaka.
Cerita diatas adalah kisah yang terdapat pada pementasan operet berjudul “Prahara Fitnah Cinta Sang Penguasa” yang diperankan dengan apik oleh para Pemuda di area RT 37, 39, 40 Kelurahan Sumber Rejo, Balikpapan Tengah, Sabtu (29/8/2015) malam.
Para pemuda yang menamakan dirinya Perkumpulan DALGOMBES ini berhasil memukau puluhan penonton yang datang langsung menyaksikan pertunjukan operet yang digelar di area RT 40 Sumber rejo, Balikpapan Tengah.
Masing-masing pemeran berhasil membawakan karakter tokoh-tokoh dari Kerajaan Blambangan dengan penuh penghayatan.
“Operet ini merupakan penggabungan unsur seni budaya tradisional dan modern dengan latar belakang Kerajaan Blambangan,” kata Jatiran yang biasa dipanggilan Kang Net, konseptor sekaligus sutradara operet ‘Prahara Fitnah Cinta Sang Penguasa’, beberapa waktu lalu.
Sementara, Edy Kartono, editor musik dan efek, mengatakan, beberapa musik dan sound yang ditampilkan pada operet ini diaransemen sendiri, sisanya untuk intro dan efek-efek suara pada beberapa adegan, mempergunakan rekaman sound yang sudah jadi.
“Nuansa yang ditonjolkan pada operet ini lebih ke etnic, karena menonjolkan percakapan-percakapan kerajaan,” kata Edy.
Penggabungan seni budaya, teknologi dan cerita kisah masa kini akhirnya berhasil memukau puluhan penonton yang datang menyaksikan pertunjukan yang digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-70.
(imam)