PORTALBALIKPAPAN.COM – Di balik kenyamanan santapan di udara, ada sebuah dapur raksasa yang bekerja tanpa henti.
Aerofood ACS, perusahaan katering milik Garuda Indonesia, memproduksi hingga 110.000 porsi per hari saat peak season. Di saat low season pun, jumlahnya tak kalah besar, mencapai 50.000 porsi per hari.
Menurut Marsiman, Kepala Training Aerofood ACS, angka ini khusus untuk penerbangan Garuda Indonesia. “Dari Jakarta saja, Garuda mengoperasikan 180 penerbangan per hari,” ungkap Marsiman saat memandu kunjungan media dari Balikpapan.
Dapur besar ini dikelola oleh 2.145 karyawan, terdiri dari 1.200 karyawan tetap dan sisanya kontrak dengan durasi dua tahun.
Untuk memastikan cita rasa global, Aerofood ACS mempekerjakan lima chef ekspatriat, sesuai batas maksimal yang ditetapkan oleh aturan BUMN.
Sementara itu, menu khusus untuk kelas eksekutif tetap diolah oleh karyawan yang telah mendapatkan pelatihan khusus.
Aerofood ACS menerapkan standar ketat dalam mengelola bahan baku. Sayuran dan buah segar dipasok pukul 08.00-09.00, sementara produk dingin dan beku tiba pukul 11.00-12.00.
Setiap bahan disimpan di ruang khusus dengan suhu terkontrol—misalnya, telur di suhu 5-8°C dan daging di suhu ekstrem -30°C.
Bahan baku dipasok oleh vendor yang bekerja sama dengan sistem kontrak. Evaluasi dilakukan setiap tiga bulan, performa yang buruk berarti kontrak tak akan diperpanjang.
Aerofood ACS juga memproduksi bumbu khas sendiri untuk memastikan rasa otentik yang tidak tersedia di tempat lain.
“Kami tidak menjual bumbu ini ke luar. Rasa khas Aerofood adalah identitas kami,” kata Marsiman.
Proses produksi dilakukan di berbagai ruangan khusus, seperti ruang masakan Jepang dan Korea, ruang masakan Barat, hingga area VIP. Bahkan, ruang pemotongan daging dan ruang pendingin memiliki tempat terpisah.
Salah satu yang menarik adalah ruang pendingin daging bersuhu -30°C, yang selalu menjadi daya tarik bagi pengunjung. “Kalau belum masuk sini, rasanya belum lengkap kunjungan ke Aerofood ACS,” canda Marsiman.
Sterilisasi juga menjadi prioritas. Setiap karyawan harus melalui proses sterilisasi di ruang khusus sebelum memasuki area produksi.
Selain menangani 186 penerbangan Garuda per hari, Aerofood ACS juga melayani 18 maskapai internasional. Untuk maskapai luar negeri, menu disesuaikan dengan permintaan mereka, sementara Aerofood ACS hanya memberikan saran.
Maskapai tersebut juga menyimpan peralatan mereka di gudang Aerofood dengan biaya sewa harian.
“Gudang Japan Airlines paling luas karena sewa mereka juga lebih mahal,” ujar Marsiman sambil menunjukkan lokasi.
Proses akhir produksi dilakukan di Loading Dock, di mana semua informasi penerbangan, jumlah pesanan, dan kebutuhan kru kabin dicatat dengan rinci.
Aerofood ACS bahkan memiliki divisi khusus bernama Service On Ground untuk menangani penerbangan yang mengalami delay.
Marsiman berharap Aerofood ACS dapat terus mempertahankan standar tinggi dan menjadi kebanggaan dalam industri penerbangan.
“Di sini, kami tidak hanya memasak. Kami menghadirkan pengalaman di setiap sajian,” tutupnya penuh semangat.
Dengan proses yang sedetail ini, tak heran jika Aerofood ACS menjadi tulang punggung layanan makanan terbaik di langit Indonesia. (ih)