PORTALBALIKPAPAN.COM – Simulator Pesawat Garuda seharga 140,6 miliar ini 99% mirip dengan pesawat asli, duduk di dalam simulator ini, rasanya sama dengan duduk di kursi Pilot yang asli.
Dari tempat duduk baik tinggi dan rendahnya, jarak tempat duduk dengan kopilot, luas kabin dan sebagainya, semua di design sama dengan pesawat asli. Pada bagian kaca depan di gantikan dengan layar 3 dimensi, layar ini bukan layar biasa, ini layar 3 dimensi dimana semua yang tampil pada layar benar-benar real.
Bandaranya pun real dari luas dan panjangnya landasan pacu, kita bisa seolah Take off dari Sepinggan dan Landing di Soekarno Hatta Jakarta misalnya. Ketika pesawat miring, simulator pun ikut miring dan ketika menemui cuaca buruk, simulator pun ikut bergoncang seperti layaknya pesawat asli.
Berbagai kemungkinan trouble pada penerbangan juga tersedia di dalam simulator ini, semisal mesin mati, pendaratan di air dan sejenisnya. Tujuannya, agar para calon pilot memiliki skill matang dalam menangani berbagai kemungkinan trouble shoot dalam penerbangan.
Senior Manager Learning and Innovation Garuda Indonesia, Luis Parada, mengatakan, saat ini Garuda Indonesia adalah maskapai dengan simulator paling lengkap.
Hampir semua tipe pesawat yang di pakai flight Garuda Indonesia tersedia di GITC (Garuda Indonesia Training Centre). Bagi Garuda Indonesia, dengan memiliki simulator sendiri, banyak di peroleh keuntungan, di antaranya efisiensi biaya.
Karena, dengan memiliki simulator, Garuda Indonesia tidak perlu mengirim orang keluar negeri. Kemudian dari segi efektifitas sisi operasional, dijelaskan Luis, mengirim keluar maka harus kehilangan personil, dan satu lagi yang bernilai kompetitif, dengan memiliki simulator lengkap, Garuda Indonesia bisa mendesign silabus training yang lebih standard karena memiliki alat sendiri.
Di Garuda Indonesia, kata Luis, training yang berbau tentang Safety selalu melebihi standard yang ada. Semisal Simulator session untuk pilot baru yang biasa regulasinya hanya sekitar 12, di Garuda di buat lebih hingga 16 bahkan 17, agar calon pilot benar-benar matang untuk menerbangkan pesawat, karena bagi Garuda Indonesia, Safety adalah segala-galanya dan yang paling utama.
“Filosofi yang di bangun di dalam training adalah mengedepankan safety, orientasi pada safety. Safety is the beginning of the profit,” ucapnya.
Begitupun dalam hal perekrutan calon pilot, di ungkapkan Luis, Garuda Indonesia menerapkan standard recruitment yang sangat ketat. Walau lulusan sekolah penerbangan ternama sekalipun tetap saja harus melewati tahapan test untuk bisa masuk ke GITC (Garuda Indonesia Training Centre)
SM dan Fasilitas umum GITC, Umar Said, menambahkan, walau di sekolah penerbangan sebelumnya mereka sudah melakukan training selama 616 jam dan 125 training penerbangan yang jika di total adalah 14 bulan, tetap saja mereka harus mengikuti test lagi jika akan masuk ke Garuda Indonesia.
Mereka harus melewati lagi tahapan test yang relatif ketat, kata Umar, baru setelah mereka dinyatakan di terima, mereka bisa masuk ke GITC. Waktu training di GITC untuk ground training sekitar 8 bulan dan mereka juga harus punya jam terbang selama 250 hingga 300 jam.
Apakah bisa gagal ? bisa, mereka, kata Umar, bisa saja gagal dalam mengikuti serangkaian training yang mengakibatkan gagalnya menjadi Pilot di Garuda Indonesia.
Ini merupakan bentuk komitmen Garuda Indonesia dalam menyediakan pelayanan yang aman dan nyaman, terlebih sejak bulan April 2014 lalu Garuda Indonesia telah resmi bergabung di Aliansi SKYTEAM. Otomatis harus mempersiapkan bisnis dari segi operasional, safety sesuai dengan standard Airline yang tergabung di dalam SKYTEAM.
Selain training untuk calon pilot dan awak cabin crue, ada juga training-training lain seperti sales marketing, finance dan leadership. Untuk training sales marketing, Luis Parada menyampaikan, saat ini persaingan di bidang penerbangan begitu ketat, bisnis ini tumbuh tapi tumbuh di tengah persaingan yang begitu ketat pula.
Oleh karena itu, sebagai Airline yang sudah beroperasi sejak tahun 1949 tentunya punya tantangan tersendiri agar bisa tetap survive di tengah persaingan yang begitu ketat seperti saat ini.
“Tantangan kita adalah maintenance sebagai market leader, maintenance sebagai airline yang lead di dalam sebuah kompetisi, lead dalam hal brand. Tuntutan dari marketing di Garuda adalah membangun inovasi-inovasi, bagaimana cara mereka menjual produk garuda yang notabene mungkin di market masih di persepsikan harganya mahal, “Ungkapnya.
Lebih lanjut Luis Parada menjelaskan, harga mahal pada maskapai Garuda Indonesia itu merupakan sebuah Fakta. Tetapi mahal bukan bicara profit, tapi mahal karena Garuda Indonesia mengikuti sebuah value yang di berikan kepada customer. Jadi, mahal sebuah relatif karena mengikuti sebuah value. Kenapa ? karena cost nya tinggi, investasinya begitu besar. Ada simulator, mock up (kabin pesawat tiruan) dan sebagainya.
Pada tahun 1996 sampai dengan 2008, GITC sempat menjadi Leader Training untuk maskapai-maskapai lain di luar Garuda, namun sejak tahun 2008 dan seterusnya sudah tidak lagi. Karena seperti yang disampaikan Luis Parada, kebutuhan Garuda sendiri sudah sangat tinggi jadi harus benar-benar fokus. Kecuali jika ada permintaan khusus, tetapi sejauh ini belum pernah ada.
Selain mengedepankan safety, untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kepada publik yang semakin hari semakin besar, Garuda Indonesia terus melakukan perekrutan karyawan-karyawan baru. Pada tahun 2014 ini Garuda membutuhkan hingga 900 awak kabin, namun proses rekrutnya sangat ketat. Seperti pada perekrutan sebelumnya, dari 1500 pendaftar hanya 24 orang yang di terima.
Setelah di terima, mereka akan masuk dan mengikuti training di GITC. Pada tahap awal mereka akan mengikuti Ground Training selama 3 bulan. Disini mereka tidak hanya di educate mengenai knowledge saja, tetapi juga psikomotorik dan perilaku serta sikapnya, hal tersebut dibangun kepada mereka agar menjadi insan Garuda Indonesia sesuai dengan culture yang telah ditanamkan, jadi seperti indoktrinasi.
Selanjutnya ada Flight training untuk cabin crue, training ini meliputi 10 sektor, setelah mereka dinyatakan approved oleh checker yang bukan hanya dari orang Garuda dan menyatakan Oke, baru mereka dinyatakan lolos.
Apakah bisa gagal ? jawabanya bisa, bahkan ada beberapa dari mereka yang pernah gagal. Dari serangkaian tahapan training tersebut kebanyakan mereka gugur di safety, karena untuk safety memang tidak ada toleransi lagi. (*)