PORTALBALIKPAPAN.COM – Isu pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar di Kalimantan Timur (Kaltim), terutama ketika dikaitkan dengan upaya mendorong masuknya investasi di sektor lingkungan.
Produksi sampah di sejumlah daerah dinilai belum memenuhi syarat utama bagi investor, yakni kepastian bahan baku yang berkelanjutan dan terkonsentrasi.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim Agus Aras menilai, secara prinsip ketertarikan investor terhadap pengelolaan sampah sebenarnya sudah ada. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa volume sampah di Kaltim masih belum mencukupi untuk skala investasi besar.
“Produksi sampah di Kalimantan Timur penyebarannya berjauhan antarwilayah dan tidak terkonsentrasi,” ujarnya, Rabu (17/12/2025).
Ia menjelaskan, investasi membutuhkan jaminan pasokan bahan baku yang stabil dan keuntungan yang terukur. Dalam konteks pengelolaan sampah, bahan baku tersebut adalah volume sampah yang konsisten. Kondisi ini, menurutnya, belum sepenuhnya terpenuhi di sebagian besar wilayah Kaltim.
Agus Aras mengungkapkan, kendala utama yang disampaikan oleh pihak terkait terletak pada keterbatasan produksi dan sebaran wilayah.
Berbeda dengan daerah perkotaan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, produksi sampah di wilayah nonperkotaan cenderung ada namun tersebar, sehingga sulit dihimpun dalam jumlah besar.
“Saat ini baru wilayah Samarinda dan Balikpapan yang relatif memungkinkan untuk mendukung investasi pengelolaan sampah,” katanya.
Dua kota tersebut dinilai memiliki konsentrasi produksi sampah yang lebih jelas dibandingkan daerah lain di Kaltim.
Sementara itu, daerah-daerah lain tetap menghasilkan sampah, namun dengan karakter sebaran yang berjauhan antarwilayah. Kondisi ini membuat biaya pengumpulan dan pengolahan menjadi lebih tinggi, sehingga kurang menarik bagi investor yang mengharapkan efisiensi.
Menurut Agus Aras, tantangan ke depan adalah bagaimana pemerintah daerah dapat merumuskan strategi pengelolaan sampah yang lebih terintegrasi.
Upaya tersebut diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi dan volume sampah yang dapat dikelola secara ekonomis, sekaligus membuka peluang investasi yang lebih luas.
Ia menegaskan, persoalan ini perlu menjadi perhatian bersama agar pengelolaan sampah tidak hanya dilihat sebagai beban lingkungan, tetapi juga potensi ekonomi yang bisa memberikan manfaat bagi daerah jika dikelola dengan tepat. (ADV/ Lrs)


















