PORTALBALIKPAPAN.COM – Pemadaman bergilir yang terjadi di Kota Balikpapan dan wilayah Kalimantan Timur serta Kalimantan Utara belakangan ini memicu keresahan masyarakat.
General Manager PLN Kaltimra, Machnizon Masri, menjelaskan bahwa penyebab utama seringnya pemadaman listrik adalah minimnya ketersediaan daya dibandingkan beban puncak yang terus meningkat.
“Saat ini, beban puncak dan daya yang tersedia di Balikpapan sudah seimbang. Jadi, jika ada pembangkit yang mengalami gangguan, baik karena faktor internal maupun eksternal, pemadaman tidak bisa dihindari,” ujar Machnizon dalam konferensi pers yang digelar Senin (12/5/2014) di Rumah Makan Bondy, Balikpapan.
Menurutnya, lonjakan beban puncak ini terjadi seiring pertumbuhan pesat pengguna listrik di Balikpapan. Pada 21 April 2014, beban puncak tercatat sebesar 330,07 MW, sementara pada 7 Mei 2014 sudah naik menjadi 337,57 MW. Kondisi ini tergolong sebagai status “Siaga”, di mana pemadaman dapat terjadi sewaktu-waktu apabila ada gangguan.
Machnizon juga menjelaskan bahwa gangguan eksternal menjadi salah satu penyebab utama pemadaman, seperti pohon tumbang, layang-layang, tiang listrik, gardu, hingga hewan. Saat ini, gangguan terbesar diakibatkan oleh pepohonan yang mengganggu jaringan listrik.
Untuk mengatasi krisis listrik ini, PLN tengah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Senipah, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada Juni 2014.
Pembangkit dengan kapasitas daya 82 MW ini sepenuhnya dikelola oleh pihak swasta dan diharapkan mampu mengatasi defisit daya di sistem Mahakam.
Selain itu, PLN juga mengoperasikan PLTG Peaking, yang sebelumnya hanya digunakan pada beban puncak antara pukul 17.00-22.00. Namun, akibat lonjakan beban siang hari yang rata-rata mencapai 288 MW, PLTG Peaking kini mulai dioperasikan sejak pukul 13.00.
Sayangnya, meskipun PLTG Peaking telah dioperasikan, pemadaman masih kerap terjadi. Machnizon menyebut hal ini disebabkan oleh pengaturan teknis pada peralatan baru yang belum sepenuhnya optimal.
Jika PLTG Senipah mulai beroperasi sesuai jadwal, pembangkit ini akan bekerja selama 24 jam penuh untuk menggantikan PLTG Peaking serta pembangkit lainnya. Dengan demikian, krisis listrik yang melanda Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara diharapkan segera teratasi. (imm)