PORTALBALIKPAPAN.COM – Wakil Ketua I DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Muhammad Samsun mendukung program hilirisasi yang digagas pemerintahan Jokowi.
Akan tetapi, menurutnya, program Hilirisasi tersebut perlu segera diterapkan di Kaltim, sehingga dapat memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah dengan optimal.
“Kita mendukung program Hilirisasi tersebut. Sebab, selama ini kita hanya mengekspor bahan mentah atau material dari batubara yang dihasilkan di Kaltim,” paparnya, kemarin.
Menurutnya, Provinsi Kaltim sudah memiliki banyak pabrik pengolahan minyak sawit mentah (CPO) yang bisa menghasilkan produk turunan dari minyak sawit. Namun terkait pemanfaatan lahan pasca tambang, ide tersebut bagus tetapi masih sulit dilaksanakan secara efektif.
“Disebabkan tanah bekas tambang mengandung zat asam yang membuat tanah tersebut tidak produktif untuk ditanami kembali. Kalau mau bisa, harus ada usaha yang besar. Tanahnya harus digemburkan lagi dan ditambahkan unsur hara agar bisa subur,” imbuh Samsun.
Politisi PDI-P ini optimis dan berharap, industri kelapa sawit di Kaltim bisa berkembang dari hulu sampai hilir. “Kita berharap industri kelapa sawit di Kaltim, bisa berkembang dan bermanfaat untuk masyarakat,” bebernya.
Sebelumny Jokowi menyebut, ekspor bahan mentah yang dilakukan Indonesia telah berlangsung sejak zaman VOC Belanda, yakni sudah lebih dari 400 tahun. Ia menilai hal tersebut tidak memberikan nilai lebih terhadap Indonesia.
“Sudah lebih dari 400 tahun kita ini selalu mengekspor bahan mentah, sejak VOC, kirim bahan mentah, kirim bahan mentah. Ya kita dapat, dapat uang tapi sangat kecil sekali,” tandasnya.
Selain itu, Jokowi juga memaparkan kejadian serupa juga terjadi pada tahun 1970 dan 1980, saat komoditas yang dimiliki banyak oleh Indonesia tidak memberikan nilai tambah bagi penerimaan negara.
“Dulu Indonesia ini pernah booming minyak tahun 70-an, tapi kita tidak mendapatkan nilai tambah dari sana. Tahun 80-an saya ingat kita ini pernah booming kayu, hutan banyak yang dibabat tapi kita juga tidak mendapatkan nilai tambah dari sana,” jelasnya.
Karena itu, saat ini pemerintah terus menggaungkan program hilirisasi untuk memberikan nilai tambah terhadap penghasilan negara. Presiden pun memberikan contoh nyata dalam hal tersebut yakni nilai ekspor yang melompat setelah memberhentikan ekspor nikel mentah.
“Saya berikan contoh saja nikel, ini sering saya sampaikan waktu ekspor bahan mentah ini sebelum 2020, waktu ekspor bahan mentah kita setahun itu hanya dapat kira-kira 2,1 billion USD artinya hanya kurang lebih Rp 32 triliun, begitu dihilirisasi—diindustrialisasi menjadi 33,8 billion USD, Rp dari 32 triliun menjadi Rp 510 triliun, lompatannya berapa kali,” jelasnya. (Adv/ Lrs)