PORTALBALIKPAPAN.COM – Dalam dunia smartphone, kecepatan pengisian daya menjadi salah satu fitur yang paling banyak ditanyakan, bahkan sebelum perangkat tersebut resmi diluncurkan.
Baik itu Pixel 10, Galaxy Z Fold 7, atau model lainnya, banyak konsumen kini menaruh perhatian besar pada seberapa cepat sebuah ponsel dapat diisi ulang. Hal ini bukan tanpa alasan.
Kebutuhan untuk terus terhubung membuat daya tahan baterai menjadi krusial. Namun, kenyataannya, banyak perangkat tidak mampu memenuhi klaim daya tahan baterai yang dijanjikan.
Solusi sementara yang kini paling masuk akal bagi produsen adalah meningkatkan kecepatan pengisian daya. Ini lebih mudah dan murah dibanding mengatasi akar masalah: kualitas dan kemampuan baterai itu sendiri.
Idealnya, ponsel masa kini tidak hanya tampil menarik dan tahan air, tapi juga memungkinkan pengguna mengganti baterai dengan mudah. Sayangnya, desain seperti ini dianggap ketinggalan zaman dan berisiko.
Baterai tertanam yang tertutup rapat dinilai lebih aman dan mampu menyimpan daya lebih besar dibanding baterai lama yang dapat dilepas.
Pilihan lain adalah memperbesar kapasitas baterai secara fisik. Beberapa perangkat sudah mencoba pendekatan ini, namun biasanya ponsel menjadi lebih tebal dan tidak lagi memenuhi standar desain premium. Padahal, mungkin inilah langkah yang layak dipertimbangkan kembali.
Sementara itu, teknologi baterai saat ini memang telah berkembang dibandingkan satu dekade lalu. Baterai modern memiliki kapasitas tinggi, dapat diisi ulang dengan cepat, dan lebih tahan lama.
Namun peningkatan ini tampak stagnan karena kebutuhan daya perangkat juga meningkat tajam. Perusahaan lebih memilih merancang baterai lebih kecil dengan kepadatan energi tinggi agar tetap ringan dan tipis.
Harapan baru datang dari riset-riset teknologi baterai masa depan, seperti baterai berbasis grafena, sodium, atau bahkan teknologi solid-state.
Beberapa perusahaan bahkan mengembangkan baterai bertenaga nuklir yang diklaim bisa bertahan hingga 50 tahun setelah satu kali pengisian.
Namun, adopsi teknologi baru ini terhambat oleh tingginya biaya riset dan pengembangan. Di tengah harga ponsel yang sudah menembus angka belasan hingga puluhan juta rupiah, menambahkan biaya produksi hanya untuk inovasi baterai belum menjadi pilihan yang realistis.
Untuk saat ini, pengisian daya cepat tetap menjadi solusi terbaik. Selama dilakukan dengan aman, ini masih menjadi cara efektif untuk mengurangi waktu terikat dengan kabel pengisi daya — meskipun dalam jangka panjang, dapat mempercepat penurunan kualitas baterai itu sendiri. (*/fr)