PORTALBALIKPAPAN.COM – Wakil Ketua Parlemen Kaltim, Muhammad Samsun meyakini provinsi Kalimantan Timur bisa mewujudkan swasembada pangan. Sebab, ia menilai potensi Kaltim untuk merealisasikan hal itu sangat besar.
Indikatornya, lanjut Samsun, luas lahan pertanian saat ini mencapai 331.183 hektare. Bahkan, ia juga meyakini negeri ini juga tak perlu mengandalkan impor.
“Indonesia seharusnya tidak perlu lagi bergantung pada impor bahan pangan dari luar negeri,” papar Samsun, pada Jumat (20/10/2023).
Samsun mengingatkan masalah ketahanan pangan menjadi faktor utama yang memiliki dampak langsung terhadap eksistensi dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
“Perkara ini jangan sampai diabaikan, sebab pangan itu masalah krusial dan fundamental,” ingat Samsun.
Ia juga menekankan fakta jika di tingkat dunia, ada dua hal yang sangat vital, yaitu krisis pangan dan energi. Krisis pangan telah mempengaruhi berbagai negara, dan menjadi tantangan global yang serius.
Visi ketahanan pangan yang digagas Kementerian Pertanian selaras dengan misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang mampu mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri.
Samsun menilai program food estate yang diimplementasikan di Kaltim menjadi contoh nyata upaya mencapai swasembada pangan.
“Food estate tidak hanya fokus produksi beras, tetapi juga mempertimbangkan berbagai tanaman pokok pengganti nasi, seperti talas, singkong, dan lainnya,” kata Wakil Ketua Parlemen Kaltim, itu.
Samsun mengingatkan Kaltim juga mempunyai potensi dan prospektif lahan dalam pengembangan komoditas-komoditas pangan alternatif.
Misalnya, sukun yang karbohidratnya bagus meski tak sama dengan beras namun potensinya sangat baik. Tahun 2020, katanya, masyarakat akan diberikan kesempatan untuk mengembangkan komoditas sukun sebagai upaya diversifikasi pangan.
“Diversifikasi salah satu cara menuju swasembada pangan dengan mengurangi konsumsi beras,” imbuhnya.
Dalam pengembangannya, lanjut Samsun, masyarakat akan bekerjasama dengan pihak perusahaan. Di Kaltim masih banyak lahan yang menganggur setelah dilakukan operasi tambang dan perlu dilakukan penghijauan dengan tanaman pangan.
Ia menjelaskan ada dua jenis sukun yaitu sukun untuk dijadikan tepung seperti sudah dikembangkan di Kepulauan Seribu. Selain itu, sukun untuk bisa dikomsumsi yang sudah dikembangkan di wilayah Timur Indonesia seperti Ambon, Maluku dan Papua.
“Lahan-lahan yang menganggur apakah milik masyarakat atau perusahaan tambang harus ditanami pohon sukun. Sekaligus dalam upaya memproduksi pangan. Jadi potensi pangan Kaltim besar sekali,” tandasnya. (Adv/yst)